Kamis, 19 November 2009

HUBUNGAN STRUKTUR MODAL DENGAN NILAI PERUSAHAAN

Analisis Hubungan nilai debt to equity ratio dengan harga saham penutupan tahun 2004-2008 berdasarkan grafik.
Debt to equity ratio (DER) dari tahun 2004-2005 mengalami penurunan yang sangat signifikan,yaitu sebesar 130,14%. Hal ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan semakin kecil dan biaya modal juga semakin kecil, maka risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan semakin kecil. Selain itu, harga saham penutupannya mengalami kenaikkan dari Rp 150,-/lembar menjadi Rp 345,-/lembar pada range tahun tersebut. Ini menunjukkan bahwa saat perusahaan memperkecil pemenuhan modal kerja dengan hutang, maka harga saham juga akan meningkat. Namun, pada tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 242,22%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan hutang yang bertambah besar, maka modal sendiri juga akan bertambah, akan tetapi risiko yang ditanggung juga akan bertambah. Peristiwa ini juga menyebabkan harga saham penutupan perusahaan mengalami penurunan menjadi Rp 200,-/lembar. Kemudian pada tahun 2006-2007 perusahaan kembali mengalami kenaikan hutang sebesar 3,95%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan hutang yang bertambah besar maka modal sendiri juga akan bertambah, dan risiko yang ditanggung juga bertambah besar. Akan tetapi, harga saham penutupan perusahaan masih mengalami peningkatan menjadi Rp 400,-/lembar. Hal seperti ini dapat disebabkan oleh peningatan hutang yang tidak besar range nya. Selanjutnya, pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan drastis sebesar 148,71%. Hal ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan semakin kecil dan biaya modal juga semakin kecil, maka risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan pada tahun 2008 juga akan semakin kecil. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan harga saham penutupan menjadi Rp 250,-/lembar, meskipun perusahaan sudah mengurangi hutangnya dalam jumlah yang besar. Namun, sebagai catatan bahwa perusahaan ini membuat laporan keuangan terakhir pada tahun 2008 adalah pada tanggal 31 Maret, sehingga dapat dimungkinkan perhitungan debt to equity ratio nya bertambah.
Apabila hasil tersebut dikaitkan dengan teori struktur modal yang ada, perusahaan dapat dikatakan menerapkan Trade-Off Theory. Trade Off Theory menyatakan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikkan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikkan biaya financial distress dan agency problem. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal, menunjukkan jumlah hutang perusahaan yang optimal. Peristiwa ini dapat dilihat dari grafik tahun 2006-2007, di mana pada saat perusahaan kembali meningkatkan hutangnya sebesar 3,95%. Pada saat itu perusahaan tetap mengalami peningkatan harga saham penutupan dua kali lipat dari Rp 200,-/lembar menjadi Rp 400,-/lembar. Hal ini berarti nilai perusahaan masih mengalami peningkatan, meskipun hutang perusahaan naik. Ini menunjukkan bahwa peningkatan hutang masih terdapat pada titik yang tertentu di mana kenaikkan keuntungan dari penggunaan hutang sebanding dengan kenaikkan biaya financial distress dan agency problem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar