Kamis, 19 November 2009

PROFIL SUNSON TEXTILE MANUFACTURE Tbk

PT. Sunson Textile Manufacture berdiri pada tanggal 11 November 2000. Direktur PT. Sunson Textile Manufacture adalah Fransiscus Hadyanto. Perusahaan ini bergerak dalam bidang textile dan garmen.
Jika dilihat dari laporan keuangan perusahaan ini pada tahun 2004 – 2008, perusahaan ini memiliki aspek likuiditas yang cukup stabil. Dikatakan cukup stabil karena hasil perhitungan current ratio dan quick rationya meskipun mengalami sedikit penurunan, namun pada tahun 2007 sampai tahun 2008 kembali mengalami peningkatan.
Kemudian jika dilihat berdasarkan aspek profitabilitasnya, perusahaan sempat mengalami kerugian yang besar, namun di tahun berikutnya ada penurunan hingga tercapai laba, oleh karena itu dapat dikatakan pada tahun 2004 – 2008 perusahaan ini memiliki progress yang cukup baik.
Selain itu, jika ditinjau dari aspek leverage-nya, perusahaan ini termasuk memiliki hutang yang besar selama tahun 2004 hingga 2006. Meskipun pada tahun 2007 perusahaan ini mengalami penurunan hutang, namun tetap saja penurunan itu hanya dalam jumlah yang kecil. Perusahaan ini membuat laporan keuangan pada tahun 2008 tidak pada akhir tahun, melainkan berakhir pada tanggal 31 Maret 2008. Oleh sebab itu, hutang pada tahun 2008 belum dapat dianalisis apakah mengalami penurunan atau tidak.
Lalu apabila ditinjau dari efek efesiensi dan analisis dupont, perusahaan ini pada tahun 2004 sampai tahun 2005 mengalami kerugian yang semakin besar, namun pada tahun 2006, 2007, dan pada tanggal 31 Maret 2008 perusahaan sudah mulai memperbaiki manajemennya, sehingga perusahaan dapat menurunkan tingkat kerugiannya sampai akhirnya tercapai posisi laba.

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA NILAI DEBT TO EQUITY RATIO DENGAN HARGA SAHAM PENUTUPAN TAHUN 2004-2008

HUBUNGAN STRUKTUR MODAL DENGAN NILAI PERUSAHAAN

Analisis Hubungan nilai debt to equity ratio dengan harga saham penutupan tahun 2004-2008 berdasarkan grafik.
Debt to equity ratio (DER) dari tahun 2004-2005 mengalami penurunan yang sangat signifikan,yaitu sebesar 130,14%. Hal ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan semakin kecil dan biaya modal juga semakin kecil, maka risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan semakin kecil. Selain itu, harga saham penutupannya mengalami kenaikkan dari Rp 150,-/lembar menjadi Rp 345,-/lembar pada range tahun tersebut. Ini menunjukkan bahwa saat perusahaan memperkecil pemenuhan modal kerja dengan hutang, maka harga saham juga akan meningkat. Namun, pada tahun 2005-2006 mengalami kenaikan sebesar 242,22%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan hutang yang bertambah besar, maka modal sendiri juga akan bertambah, akan tetapi risiko yang ditanggung juga akan bertambah. Peristiwa ini juga menyebabkan harga saham penutupan perusahaan mengalami penurunan menjadi Rp 200,-/lembar. Kemudian pada tahun 2006-2007 perusahaan kembali mengalami kenaikan hutang sebesar 3,95%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penggunaan hutang yang bertambah besar maka modal sendiri juga akan bertambah, dan risiko yang ditanggung juga bertambah besar. Akan tetapi, harga saham penutupan perusahaan masih mengalami peningkatan menjadi Rp 400,-/lembar. Hal seperti ini dapat disebabkan oleh peningatan hutang yang tidak besar range nya. Selanjutnya, pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan drastis sebesar 148,71%. Hal ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan semakin kecil dan biaya modal juga semakin kecil, maka risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan pada tahun 2008 juga akan semakin kecil. Pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan harga saham penutupan menjadi Rp 250,-/lembar, meskipun perusahaan sudah mengurangi hutangnya dalam jumlah yang besar. Namun, sebagai catatan bahwa perusahaan ini membuat laporan keuangan terakhir pada tahun 2008 adalah pada tanggal 31 Maret, sehingga dapat dimungkinkan perhitungan debt to equity ratio nya bertambah.
Apabila hasil tersebut dikaitkan dengan teori struktur modal yang ada, perusahaan dapat dikatakan menerapkan Trade-Off Theory. Trade Off Theory menyatakan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikkan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikkan biaya financial distress dan agency problem. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal, menunjukkan jumlah hutang perusahaan yang optimal. Peristiwa ini dapat dilihat dari grafik tahun 2006-2007, di mana pada saat perusahaan kembali meningkatkan hutangnya sebesar 3,95%. Pada saat itu perusahaan tetap mengalami peningkatan harga saham penutupan dua kali lipat dari Rp 200,-/lembar menjadi Rp 400,-/lembar. Hal ini berarti nilai perusahaan masih mengalami peningkatan, meskipun hutang perusahaan naik. Ini menunjukkan bahwa peningkatan hutang masih terdapat pada titik yang tertentu di mana kenaikkan keuntungan dari penggunaan hutang sebanding dengan kenaikkan biaya financial distress dan agency problem.

MANAJEMEN MODAL KERJA PERUSAHAAN

Modal kerja bersih (Net Working Capital / NWC) yaitu selisih antara asset lancar dan kewajiban lancar yang mana asset tersebut diharapkan bisa dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang. Pada tahun 2004 hingga tahun 2007 perusahaan memiliki current asset yang lebih kecil dibandingkan current liability nya, maka perusahaan dapat dikatakan sebagian modal kerjanya berasal dari current liabilities. Sedangkan pada tahun 2008 perusahaan mulai lebih memperbesar current asset nya dibandingkan current liabilities nya. Modal kerja yang sebagian besar diperoleh dari current liability ini sangat berisiko. Pada tahun 2004, modal kerja perusahaan sebesar (Rp 61.202.200.814,-). Pada tahun ini risiko menggunakan current liability yang lebih besar dari current asset tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan tahun 2005 dan 2006 di mana modal kerjanya masing-masing sebesar (Rp 144.869.982.549,-) dan (Rp 172.737.138.414,-). Kemudian pada tahun 2007 dan 2008, perusahaan mulai memperbesar current asset nya sehingga modal kerjanya masing-masing sebesar (Rp 38.775.360.324,-) dan Rp 127.402.630.292,-. Kondisi ini lebih baik dan sangat mengurangi risiko daripada perusahaan memenuhi modal kerjanya dengan current liability yang sangat besar dibandingkan current asset nya. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan mampu menutupi hutang lancar perusahaan. Aktiva lancar yang mampu menutupi hutang lancar perusahaan mengakibatkan risiko ketidakmampuan perusahaan membayar tagihan tepat waktu (rasio likuiditas) menjadi lebih rendah.
CCC (Cash Convertion Cycle) dari suatu perusahaan merupakan jangka waktu yang diperlukan sejak perusahaan mengeluarkan uang kas untuk membeli bahan-bahan mentah sampai dengan pengumpulan hasil penjualan barang jadi yang dibuat dengan bahan mentah tersebut. CCC dapat dihitung dari periode penerimaan piutang ditambah dengan periode konversi persediaan dan dikurangi dengan periode penanggguhan hutang. Semakin singkat siklus konversi kas maka hal ini akan memperlancar kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu, CCC terbaik pada perusahaan ini adalah pada tahun 2007, yaitu selama 43 hari. Kemudian CCC terburuk adalah pada tahun 2008 dengan CCC sebesar 942 hari. Akan tetapi, CCC pada tahun 2008 sangat buruk dapat disebabkan karena perusahaan membuat laporan keuangan pada tahun 2008 berakhir pada tanggal 31 Maret. Tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpa mengganggu operasi. Semakin tinggi CCC maka akan semakin tinggi biaya pendanaan eksternal.

KESIMPULAN

KESIMPULAN
Jadi, hubungan antara harga saham dengan struktur modal perusahaan dari tahun 2004-2008 adalah jika perusahaan membiayai atau mendanai asset nya dengan hutang yang membuat kenaikkan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikkan biaya financial distress dan agency problem, maka akhirnya harga saham perusahaan akan turun seperti yang terjadi pada tahun 2005-2006 dan 2007-2008. Kemudian dapat disimpulkan juga bahwa grafik hubungan antara debt to equity ratio dengan closing price adalah berbanding terbalik di mana jika debt to equity ratio meningkat sampai melampaui batas tertentu, maka closing price nya akan menurun, sedangkan jika debt to equity ratio nya menurun atau naik tetapi masih pada titik tertentu, maka closing price nya akan meningkat atau tetap.
Lalu modal kerja perusahaan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan ini lebih dominan memenuhi modal kerjanya dengan menggunakan current liability, sehingga sering kali perusahaan ini mempunyai risiko yang tinggi. Akan tetapi, pada tahun 2007 dan 2008 perusahaan ini sudah mulai mengurangi current liability nya, sehingga risiko yang dimiliki pun menjadi lebih rendah.

RUMUS

Modal Kerja
Rumus = Current Asset – Current Liability

CCC (Cash Conversion Cycle)
Rumus = Days of Sales Outstanding + Days of Sales Inventory – Days of Payable Outstanding

REFERENSI

REFERENSI
Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. C.V ANDI OFFSET : Yogyakarta
Keown, Arthur J. 2005. Financial Management. Pearson Education, Inc : New Jersey

Sabtu, 31 Oktober 2009

PROFIL SUNSON TEXTILE MANUFACTURE Tbk

NILAI TERTINGGI DAN TERENDAH, RERATA, DAN STANDAR DEVIASI DARI DATA YANG DIKUMPULKAN

GRAFIK PERGERAKAN HARGA SAHAM

ANALISIS PERGERAKAN HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN GRAFIK

Pada perusahaan Sunson Textile Manufacture, saham yang diperdagangkan dapat dikatakan tidak aktif lagi. Dikatakan demikian karena volume saham yang diperdagangkan setiap bulan sebagian besar bernominal nol (0). Dapat juga dilihat dalam grafik high-low-closing price yang memiliki kesamaan dan hal ini berarti perusahaan sudah tidak aktif lagi dalam memperjual-belikan sahamnya karena pembeli pun pasti tidak akan mau membeli saham yang sudah tidak terlalu aktif lagi dan tidak menguntungkan. Kepasifan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah penjualan perusahaan Sunson Textile diprediksi turun pada tahun 2009 sebesar 12,47% menjadi Rp 480,3 miliar dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 540,2 miliar. Penurunan penjualan ini disebabkan oleh peningkatan harga bahan baku, produk China yang mendapat subsidi dari pemerintahnya sebesar 15%, dan adanya fluktuasi mata uang. Berdasarkan grafik yang telah dibuat, pada tanggal 27 Maret 2008 dan 18 April 2008, perusahaan memiliki volume tertinggi yang berarti banyaknya transaksi jual-beli pada tanggal tersebut yang diperdagangkan mengalami peningkatan karena pada tanggal-tanggal sebelumnya, perusahaan ini sebagian besar tidak melakukan transaksi jual-beli saham lagi, sehingga volumenya nol (0).
Kemudian dapat dilihat juga bahwa nilai tertinggi terdapat pada tanggal 3 Januari 2008 sampai dengan 26 Maret 2008. Hal ini berarti kondisi perusahaan saat itu masih cukup stabil dan belum mengalami penurunan harga, namun harga saham perusahaan ini tidak cukup menarik pembeli untuk membeli saham perusahaan ini. Hal ini dapat disebabkan karena pembeli melihat bahwa saham perusahaan ini sudah tidak bergerak dengan baik, sehingga terlalu berisiko jika membeli saham seperti ini.
Lalu pada grafik, dapat dilihat juga bahwa grafik mengalami penurunan yang cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa saham pada perusahaan ini termasuk saham yang mengerikan karena tidak stabil.

ANALISIS HASIL PERHITUNGAN NILAI TERTINGGI, RERATA, DAN STANDAR DEVIASI

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, perusahaan Sunson Textile memiliki nilai tertinggi sebesar Rp 390,-. Hal ini berarti harga saham tertinggi pada perusahaan ini yang dijual ke public adalah sebesar Rp 390,- / lembar saham. Namun, pada harga tersebut pembeli hanya berminat membeli 1 (satu) lembar saham saja. Hal ini dapat disebabkan oleh kepercayaan pembeli saham pada perusahaan ini yang sudah minim sekali dan para pembeli saham tidak ingin mengambil risiko yang sangat tinggi. Demikian juga nilai tertinggi pada kolom low dan close memiliki nilai sebesar Rp 390,-. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa harga saham tidak mengalami pergerakan high-low-close, maka disebut saham yang sudah pasif.
Jika dilihat dari nilai terendah pada kolom high-low-close, harga saham perusahaan ini memiliki nilai yang sama, yaitu sebesar Rp 245,-. Penurunan harga ini sangat signifikan dan menunjukkan adanya kerugian yang dialami oleh perusahaan. Kerugian ini dapat disebabkan oleh banyaknya textile China yang masuk ke Indonesia dan memliliki harga yang lebih murah. Kemudian volume pembelian terendah adalah 0 (nol), ini berarti saham perusahaan ini tidak laku dijual. Saham perusahaan ini menjadi tidak laku dijual dapat disebabkan melemahnya kondisi perusahaan.
Berdasarkan perhitungan rerata pada high-low-close, didapatkan nilai sebesar Rp 272,869 pada perhitungan rerata high dan close, namun pada perhitungan low reratanya adalah Rp 272,8571. Hal ini berarti berdasarkan perhitungan, rerata harga saham perusahaan ini dapat dikatakan sama pada high-low-close. Kemudian jika dihubungkan pada volume reratanya, pada harga kisaran tersebut, dalam satu hari yang membeli saham perusahaan ini sebesar 8 orang. Hal ini menunjukkan minat pembeli sangat kecil terhadap perusahaan textile ini. Mereka dapat dikatakan sudah tidak memandang perusahaan ini sebagai perusahaan yang dapat memberi keuntungan yang besar.
Selanjutnya, jika dilihat dari perhitungan standar deviasi yang telah dilakukan, hasil perhitungan standar deviasi pada high dan close sama persis, yaitu sebesar 44,99583. Sedangkan pada low nya \sebesar 272,8571, hal ini berarti hanya terdapat selisih sangat kecil dengan high dan close nya. Kemudian pada volume, standar deviasinya sebesar 88,10431. Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (expected value). Semakin besar nilai standar deviasi, semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan, yang berarti semakin tinggi risikonya. Oleh karena standar deviasi pada perhitungan harga saham perusahaan ini semakin besar, maka dapat dikatakan risiko dalam membeli saham ini sangat besar.

KESIMPULAN ANALISIS PERGERAKAN HARGA SAHAM

Jadi kesimpulan dari hasil analisis pergerakan harga saham di atas adalah harga saham pada perusahaan Sunson Textile tidak aktif dan tidak terlalu menarik untuk diperdagangkan karena risiko yang cukup besar jika membeli saham perusahaan ini. Kemudian para pembeli pun sudah mulai tidak percaya dengan perusahaan ini, sehingga volume dari saham yang mereka beli pun relatif kecil bahkan nol (0). Harga saham pada perusahaan ini semakin menurun. Hal ini disebabkan perusahaan ini kalah bersaing dengan textile dari China yang mendapat subsidi dari pemerintahnya, sehingga harga produknya dijual dengan harga yang sangat murah. Saham perusahaan ini termasuk kategori saham yang mengerikan dengan adanya penurunan grafik sedemikian rupa. Dapat dilihat juga bahwa walaupun harga saham telah diturunkan, namun volume yang membeli saham ini pun tetap saja tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Saat harga saham menurun ada beberapa orang yang membeli saham ini, hingga harga saham mengalami sedikit peningkatan. Namun, setelah para pembeli mulai membeli saham Sunson, tiba-tiba harga sahamnya turun lagi, sehingga tidak ada lagi pembeli yang mau membeli saham perusahaan ini.
Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, kebangkrutan akan dialami oleh perusahaan ini. Solusi dalam memecahkan masalah persaingan dagang dalam perusahaan ini secepatnya harus dapat diatasi. Jika sistem manajemen nya tidak diubah, maka perusahaan ini tidak akan dipercaya dan bangkit kembali dari keterpurukan.

REFERENSI

Indonesia Capital Market Directory Universitas Atma Jaya Yogyakarta
http://belajarmanagement.wordpress.com/2009/08/12/teori-portofolio/
http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2009/09/07/152435/penjualan-sunson-textile-diprediksi-turun-1247/

Sabtu, 26 September 2009

PROFIL SUNSON TEXTILE MANUFACTURE Tbk

PROFIL SUNSON TEXTILE MANUFACTURE Tbk

ANALISIS KONDISI KEUANGAN TAHUN 2004-2008

ANALISIS KONDISI KEUANGAN TAHUN 2004-2008

ANALISIS KONDISI KEUANGAN TAHUN 2004-2008

KESIMPULAN

KESIMPULAN DARI HASIL ANALISIS KEUANGAN
Menurut kami, perusahaan Sunson Textile Manufacture Tbk memliki aspek likuiditas yang cukup stabil jika dilihat berdasarkan current ratio dan quick ratio. Meskipun ada penurunan dari tahun 2004 sampai dengan 2006, namun rasio-rasio ini telah mangalami peningkatan kembali pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008.
Kemudian pada OIROI pada tahun 2004 perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar, namun pada tahun 2005 mengalami penurunan kerugian. Lalu pada tahun 2006 kerugian besar kembali dialami oleh perusahaan ini. Pada tahun 2007 dan 2008 terjadi perubahan di mana perusahaan menghasilkan laba yang cukup tinggi. Walaupun laporan keuangan tahun 2008 dibuat pada tanggal 31 Maret 2008, namun dari laporan tersebut sudah dapat menunjukkan dengan jelas bahwa perusahaan mengalalami laba pada tahun tersebut.
Perusahaan Sunson Textile Manufacture Tbk telah memperbesar hutangnya pada tahun 2004 hingga 2006 dan pada tahun 2007 perusahaan ini mengalami penurunan hutang. Pada tanggal 31 Maret 2008 hutang perusahaan ini sebesar 0,4975, belum dapat dikatakan meningkat atau menurun karena laporan keuangan ini hanya mencakup sampai tanggal 31 Maret 2008.
Jika kita lihat dari sisi pengembalian ekuitasnya, perusahaan mengalami kerugian selama 3 tahun berturut-turut dan pada tahun 2005 perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar dibandingkan tahun 2004. Akan tetapi, pada tahun 2006 sampai 2008 perusahaan mulai mengalami perbaikan sehingga pada tahun 2007 sampai 2008 perusahaan bias memperoleh profit. Maka, selama 5 tahun ini, manajemen belum cukup stabil dalam memberikan pengembalian yang sangat menarik bagi para pemilik.
Dilihat dari efek efisiensinya, menurut kami perusahaan Sunson Textile Manufacture Tbk belum dapat menggunakan asset-asetnya secara efisien . Hal ini dapat kita lihat dari kerugian-kerugian yang dialami selama beberapa tahun. Namun dapat dikatakan juga bahwa perusahaan ini telah berusaha memperbaiki manajemen nya dengan adanya laba ditahun 2007 dan 2008.
Berdasarkan data dari analisis Dupont yang telah kami hitung dari tahun ketahun, dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan dengan kesimpulan di atas. Pada analisis Dupont terlihat bahwa ditahun 2004 sampai tahun 2005, perusahaan mengalami kerugian yang meningkat pada rentan tahun tersebut. Sedangkan, pada tahun 2006 sampai 2008 perusahaan telah berusaha memperbaiki manajemennya dan usaha tersebut membuahkan hasil. Terbukti dari menurunnya tingkat kerugian pada tahun 2006 dan ada tahun 2007 hingga tanggal 31 Maret 2008 perusahaan akhrnya dapat memperoleh laba.

REFERENSI

REFERENSI
Bursa Efek Indonesia. Sunson Textile Manufacture Tbk, http://www.idx.co.id/
Keown, Arthur. J. 2008. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks.

Kamis, 27 Agustus 2009

Definisi Jasa

JASA
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dalam ilmu ekonomi, jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan.
Definisi
Banyak ahli yang mendefinisikan "jasa" diantaranya adalah :
Phillip Kotler
Adalah setiap tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip intangibel dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk fisik.
Adrian Payne
Adalah aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau rnanfaat) intangibel yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Perubahan daiam kondisi bisa saja muncul dan produksi suatu jasa bisa memiliki atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produk fisik.
Christian Gronross
Adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya (namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyedia jasa, yang disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan". Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan kerapkali terjadi dalam jasa, sekalipun pihak-pihak yang terlibat mungkin tidak menyadarinya. Selain itu, dimungkinkan ada situasi di mana pelanggan sebagai individu tidak berinteraksi langsung dengan perusahaan jasa.
Karakteristik Jasa
Seringkali dikatakan bahwa jasa memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari barang atau produk –produk manufaktur. Empat karakteristik yang paling sering dijumpai dalam jasa dan pembeda dari barang pada umumnya adalah (Payne, 2001:9):
1.Tidak berwujud
Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud, berarti jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, dicicipi atau disentuh seperti yang dapat dirasakan dari suatu barang.
2.Heteregonitas
Jasa merupakan variabel non – standar dan sangat bervariasi. Artinya, karena jasa itu berupa suatu unjuk kerja, maka tidak ada hasil jasa yang sama walaupun dikerjakan oleh satu orang. Hal ini dikarenakan oleh interaksi manusia (karyawan dan konsumen) dengan segala perbedaan harapan dan persepsi yang menyertai interaksi tersebut.
3.Tidak dapat dipisahkan
Jasa umumnya dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang bersamaan, dengan partisipasi konsumen dalam proses tersebut. Berarti, konsumen harus berada di tempat jasa yang dimintanya, sehingga konsumen melihat dan bahkan ikut ambil bagian dalam proses produksi tersebut.
4.Tidak tahan lama
Jasa tidak mungkin disimpan dalam persediaan. Artinya, jasa tidak bisa disimpan, dijual kembali kepada orang lain, atau dikembalikan kepada produsen jasa dimana ia membeli jasa.
Bisnis Jasa
Contoh dari bisnis jasa yang perkembangannya cukup pesat adalah:
1. Bisnis jasa: konsultan, keuangan, perbankan
2. Perdagangan jasa: eceran, pemeliharaan dan perbaikan
3. Jasa infrastruktur: komunikasi, transportasi
4. Jasa personal/sosial: restoran, perawatan kesehatan
5. Administrasi umum: pendidikan, pemerintah.

Alasan Pemilihan Judul

ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Kami memilih judul di atas karena “jasa” memiliki lingkup jenis pekerjaan yang sangat luas. Kita sadari bahwa di zaman sekarang ini banyak pengusaha yang berkecimpung di dunia bisnis jenis “jasa”. Kemudian bisnis dibidang ”jasa” menurut kami sangat menarik, karena tanpa harus menyimpan persediaan barang dagangan yang memiliki batas waktu pemakaian terbatas, kita sudah dapat menjalankan usaha dengan keuntungan yang tidak sedikit pula. Otomatis hal ini meminimalisir risiko kerugian dalam berbisnis, meskipun demikian bisnis dibidang ”jasa” juga memiliki risiko yang tidak kecil tergantung bagaimana keahlian kita dalam menghadapi semua risiko yang akan terjadi. Selain itu, hal yang menarik bisnis di bidang “jasa” adalah meskipun ada berbagai macam jenis pekerjaan, namun hasil yang akan dicapai oleh setiap perusahaan akan berbeda-beda karena hal ini tergantung pada interaksi yang ada antara karyawan dan konsumen.

All About Our Team

ALL ABOUT OUR TEAM




Agus Setiawan (EM/17286)
Hobby : play basketball
Makanan Fav : nasi goreng
SMA : Regina Pacis Solo
Pelajaran Fav : olahraga
Film Fav : Harry Potter
Cita-Cita : bussinesman
Tempat/Tanggal Lahir : 07 Agustus 1989/Solo




Ridwan Santika (EM/17499)
Hobby : play football
Makanan Fav : mie goreng
SMA : Santo Joseph
Pelajaran Fav : olahraga
Film Fav : Tom & Jerry
Cita-Cita : richman
Tempat/Tanggal Lahir : 08 Juni 1988/Bali





Jonathan Willy. B. (EM/17288)
Hobby : play piano
Makanan Fav : nasi goreng
SMA : YSKI Semarang
Pelajaran Fav : Bahasa Indonesia
Film Fav : Spongebob Square Pants
Cita-Cita : Bussinesman
Tempat/Tanggal Lahir : 28 Desember 1990/Jepara




Trixie Aristiani Santosa (EA/17116)
Hobby : play badminton
Makanan Fav : nasi liwet
SMA : SMA Kristen Kalam Kudus Solo
Pelajaran Fav : Chinese lesson
Film Fav : Korean drama series
Cita-Cita : bussineswoman
Tempat/Tanggal Lahir : 30 Juni 1990/Solo